Numplak Wajik: Tradisi Merangkai Gunungan dalam Upacara Garebeg Keraton Yogyakarta

Numplak Wajik Keraton Yogyakarta

Warta Pendidikan JogjaNumplak Wajik merupakan upacara tradisional di Keraton Yogyakarta yang menandai dimulainya proses perakitan gunungan untuk upacara Garebeg. Upacara ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu pada Garebeg Mulud, Garebeg Sawal, dan Garebeg Besar. Prosesi Numplak Wajik diawali dengan peletakan adonan wajik sebagai landasan Gunungan Putri oleh para abdi dalem pria. Adonan wajik, yang terbuat dari ketan, gula merah, dan santan kelapa, dituangkan ke dalam wadah dengan cara membalikkan wadah tersebut, menandai inti dari upacara ini.

Setelah peletakan adonan wajik, rangka gunungan dipasang dan dihiasi dengan berbagai hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan kue-kue tradisional. Proses ini diiringi dengan alunan musik tradisional gejog lesung, yang dipercaya memiliki makna spiritual untuk menolak bala dan membawa berkah. Upacara ini biasanya dipimpin oleh putri Sultan atau saudari Sultan yang ditunjuk, dan dilaksanakan di Panti Pareden Kilen, tiga hari sebelum pelaksanaan Garebeg.

Setelah rangkaian gunungan selesai, gunungan tersebut akan diarak dan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol sedekah raja kepada rakyatnya. Tradisi ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya Yogyakarta, tetapi juga mempererat hubungan antara keraton dan masyarakat. Melalui upacara Numplak Wajik, nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

Penulis: Aizan Syalim

Sumber Gambar: https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2024/04/08/para-abdi-dalem-keraton-jogja-menjalani-prosesi-numplak-wajik-garabeg-sawal-di-kompleks-magangan-senin-842024_169.jpeg?w=700&q=90

Sumber Berita: https://www.detik.com/jogja/budaya/d-7285091/numplak-wajik-prosesi-merangkai-gunungan-garebeg-sawal-keraton-jogja