Warta Pendidikan Jogja – Masa remaja, penuh tantangan dan peluang. Namun, kebebasan yang salah bisa berujung pada dampak negatif, terutama pergaulan bebas yang membawa konsekuensi serius seperti kehamilan di luar nikah. Fenomena ini merambah dari kota besar hingga pelosok, terdorong oleh media hiburan dan interaksi sehari-hari.
Remaja butuh pergaulan, tapi alasan di balik itu penting. Mereka sedang menemukan diri, mencari identitas. Definisi remaja sendiri, menurut teori, adalah fase transisi menuju kedewasaan dalam aspek mental, emosional, sosial, dan fisik.
Orang tua bertanggung jawab memantau masa ini. Terutama saat di sekolah menengah atau perguruan tinggi, saat minat pada isu seksual muncul. Kekurangan informasi dari sumber yang tepat membuat mereka mencari tahu dari tempat lain, seperti teman, buku, media, atau internet.
Namun, jika tidak hati-hati, mereka bisa salah paham dan bertindak impulsif. Kekurangan pemahaman tentang seks bisa mengakibatkan pergaulan bebas yang berbahaya, dengan konsekuensi seperti kehamilan tak diinginkan, penyebaran penyakit, bahkan aborsi yang berisiko tinggi.
Selain risiko fisik, dampak psikologisnya tak kalah serius. Remaja yang terlibat merasa bersalah, malu, rendah diri, bahkan depresi. Ini memengaruhi aktivitas sehari-hari hingga bisa berujung pada berhenti sekolah atau kuliah.
Remaja berkualitas adalah yang cerdas dan memiliki pemahaman agama yang kokoh. Ini bisa menjadi filter untuk menghindari pergaulan bebas. Aktivitas positif seperti berorganisasi bisa mengisi waktu mereka.
Mereka juga perlu menjaga diri dengan memiliki konsep hidup yang jelas, yang bisa ditanamkan oleh orang tua sejak dini. Pengawasan dan bimbingan mereka sangat penting untuk menjauhkan dari pergaulan yang berpotensi merugikan.