Bahaya Stres Berkepanjangan pada Kesehatan Fisik dan Mental

Warta Pendidikan Jogja – Stres merupakan bagian normal dari kehidupan, namun jika dibiarkan terus-menerus, dapat memberikan dampak buruk, dan bahaya stres ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental tetapi juga pada fisik. Stres kronis sering kali memicu respons biologis tubuh yang berlebihan, seperti produksi hormon stres yang mempengaruhi suasana hati, kemampuan berkonsentrasi, dan penanganan masalah sehari-hari.

Siklus ‘Wired but Tired’

Mengutip dari Stuff, banyak orang terjebak dalam pola stres berkepanjangan yang disebut “wired but tired.” Mereka merasa lelah sepanjang hari, tetapi sulit tidur nyenyak di malam hari. Kondisi ini memperburuk kelelahan dan mengganggu kemampuan tubuh untuk pulih secara optimal.

Secara alami, tubuh memiliki mekanisme fight or flight (lawan atau lari) yang diaktifkan oleh sistem saraf simpatik untuk menghadapi ancaman. Namun, pada kehidupan modern, mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stres pekerjaan, masalah keuangan, atau tantangan hidup lainnya.

Jika sistem saraf simpatik terus-menerus aktif, maka sistem saraf parasimpatik—yang berperan dalam relaksasi dan pemulihan—tidak bisa berfungsi optimal. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan burnout, yakni kelelahan mental yang sangat parah.

Dampak dan Bahaya Stres yang Tidak Ditangani

Stres yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik mental maupun fisik, seperti berikut:

1. Gangguan pada Sistem Otot dan Rangka

Ketika stres, otot-otot tubuh akan menegang sebagai respons perlindungan. Ketegangan ini biasanya mereda setelah tekanan hilang. Namun, stres berkepanjangan dapat menyebabkan otot terus-menerus tegang, sehingga memicu nyeri tubuh, sakit kepala, dan gangguan muskuloskeletal lainnya, menurut American Psychological Association (APA).

2. Masalah pada Sistem Pernapasan

Stres dapat menyebabkan pola napas menjadi lebih cepat atau terasa sesak. Bagi individu sehat, hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius. Namun, bagi mereka yang memiliki kondisi seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (COPD), stres dapat memperburuk gejala.

3. Risiko pada Sistem Kardiovaskular

Stres memicu peningkatan detak jantung dan tekanan darah melalui pelepasan hormon seperti kortisol dan adrenalin. Jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini dapat meningkatkan risiko hipertensi, serangan jantung, atau stroke.

4. Gangguan pada Sistem Pencernaan

Stres dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus yang berdampak pada suasana hati dan kesehatan mental. Dalam jangka panjang, stres juga meningkatkan risiko gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau tukak lambung.

5. Gangguan pada Sistem Reproduksi

Pada pria, stres kronis dapat menurunkan kadar testosteron, mempengaruhi produksi sperma, dan menyebabkan disfungsi ereksi. Sementara itu, pada wanita, stres dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, lebih berat, atau lebih menyakitkan.

6. Melemahnya Sistem Kekebalan Tubuh

Stres dalam jangka pendek dapat merangsang sistem imun. Namun, jika berlangsung lama, stres justru melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi seperti flu dan pilek. Proses pemulihan dari penyakit juga menjadi lebih lambat.

Baca juga : 

Penulis : 

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20241203084032-255-1173124/tak-main-main-separah-ini-bahaya-jika-stres-dibiarkan-tak-mereda

Gambar : https://www.freepik.com/free-vector/business-woman-is-holding-her-hair-stress-work-hand-drawn-style-vector-design-illustrations_13399751.htm#fromView=search&page=1&position=9&uuid=90970de0-e06f-4447-9372-cc920512374d