Warta Pendidikan Jogja – Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub Miskawaih, atau lebih dikenal sebagai Ibnu Miskawaih, adalah seorang pemikir besar dalam sejarah filsafat Islam yang berkontribusi besar di bidang etika dan pendidikan. Lahir pada tahun 932 M di Rayy, Persia, ia hidup pada masa keemasan peradaban Islam yang ditandai oleh perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pemikiran Miskawaih mengenai etika dan pendidikan tetap relevan hingga saat ini, memberikan panduan moral dan intelektual yang berharga.
Karya dan Kontribusi Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih dikenal karena kemampuannya menggabungkan pemikiran filsafat Yunani dengan ajaran Islam, terutama melalui karyanya yang terkenal, “Tahzib al-Akhlaq” (Penyucian Akhlak). Ia juga menulis tentang sejarah, filsafat, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya, menjadikannya seorang intelektual serba bisa pada masanya. Karya-karyanya sering dianggap sebagai jembatan antara tradisi pemikiran Yunani dan dunia Islam.
Dalam konteks modern, pemikiran Ibnu Miskawaih tentang etika dan pendidikan masih sangat relevan. Nilai-nilai moral dan pendidikan karakter yang ia ajarkan dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah sosial dan moral yang dihadapi masyarakat saat ini. Prinsip-prinsip yang ia kembangkan dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan formal, keluarga, dan masyarakat luas.
Etika Menurut Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih percaya bahwa etika adalah bagian integral dari kehidupan manusia yang harus diarahkan pada tujuan tertinggi, yaitu kebahagiaan sejati. Dalam “Tahzib al-Akhlaq,” ia menguraikan konsep-konsep etika yang terinspirasi oleh ajaran Aristoteles, namun disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.
Menurutnya, jiwa manusia terbagi menjadi tiga bagian: jiwa rasional (al-nafs al-natiqah), jiwa emosional (al-nafs al-ghadabiyyah), dan jiwa keinginan (al-nafs al-shahwaniyyah). Ia berpendapat bahwa keutamaan dicapai melalui keseimbangan antara ketiga aspek ini. Jiwa rasional harus memimpin, mengendalikan jiwa emosional dan jiwa keinginan agar manusia dapat menjalani kehidupan yang bermoral dan beretika.
Ibnu Miskawaih mengidentifikasi empat keutamaan utama: kebijaksanaan (al-hikmah), keberanian (al-shaja’ah), kesederhanaan (al-iffah), dan keadilan (al-adlah). Keempat keutamaan ini saling melengkapi dan harus dikembangkan secara bersama-sama untuk mencapai kehidupan yang baik.
Kebijaksanaan adalah pengetahuan yang benar tentang apa yang harus dilakukan; keberanian adalah kemampuan untuk menghadapi bahaya dengan ketenangan; kesederhanaan adalah pengendalian diri dari keinginan yang berlebihan; dan keadilan adalah memberikan hak kepada diri sendiri dan orang lain secara proporsional.
Miskawaih berpendapat bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat diraih hanya melalui pemenuhan kebutuhan material atau kenikmatan jasmani. Sebaliknya, ia meyakini bahwa kebahagiaan sejati bersumber dari hidup yang dilandasi etika, dicirikan oleh jiwa yang seimbang dan pengembangan sifat-sifat mulia. Pandangan ini selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang mengutamakan budi pekerti luhur serta menjalin relasi yang baik, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Pendidikan dalam Pandangan Ibnu Miskawaih
Selain etika, Ibnu Miskawaih juga memberikan perhatian besar pada pendidikan sebagai sarana untuk membentuk karakter dan moral individu. Ia memandang pendidikan sebagai proses penyucian jiwa yang harus dimulai sejak dini.
Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan keutamaan dalam diri individu. Pendidikan harus membantu siswa mengenali dan mengembangkan potensi mereka secara penuh, baik dari segi intelektual maupun moral. Ia berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang baik.
Miskawaih mengusulkan metode pendidikan yang komprehensif, meliputi pengajaran teori dan praktek. Ia menekankan pentingnya keteladanan dari pendidik, karena siswa belajar tidak hanya melalui apa yang diajarkan tetapi juga melalui pengamatan perilaku gurunya. Pendidikan harus dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing siswa.
Menurutnya, pendidikan harus mencakup ajaran-ajaran agama dan moralitas untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Pendidikan spiritual membantu individu mengenali hubungan mereka dengan Tuhan dan mengarahkan mereka untuk menjalani kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Author : Subkhi Mashadi
Sumber : https://www.kompasiana.com/naufaltrihutama3985/669ff1c334777c40782a7e23/menggali-etika-dan-pendidikan-dalam-pemikiran-ibnu-miskawaih-sebuah-warisan-filosofis-yang-abadi?page=all#section1
Sumber Img :https://pin.it/2Z5qeOcrj